Kota Tua Batavia dengan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal bakal dari kota Jakarta saat ini. Melintasi wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat, kawasan ini memiliki luas sekira 139 hektar yang didominasi bangunan arsitektur Eropa dan China dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20.
Pada abad ke-16 Batavia Lama (Oud Batavia) dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.
Kota Batavia didirikan di sebuah wilayah dulunya bernama Jayakarta (1527-1619). Daerah ini berdekatan dengan pelabuhan Kesultanan Banten yang bernama Sunda Kalapa. Jauh sebelumnya, pelabuhan tersebut sudah dirintis oleh Kerajaan Sunda sebagai sarana perdagangan antarpulau di Nusantara.
Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.
Nama Batavia digunakan sejak 1621 hingga tahun 1942 saat Jepang menaklukkannya. Jepang berikutnya mengganti nama Batavia menjadi Jakarta dan tidak berubah hingga saat ini.
Awalnya areal kota Batavia seluas 139 hektar tetapi kemudian diperluas menjadi 846 hektar dimana termasuk di dalamnya Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, hingga ke arah selatan yaitu Pecinan Glodok. Akan tetapi, wilayah inti kawasan kota tua sendiri meliputi Bangunan Balaikota atau Museum Fatahillah serta sekitarnya.
Sebagai permukiman penting, pusat kota, dan pusat perdagangan di Asia sejak abad ke-16, Oud Batavia merupakan rumah bagi beberapa situs dan bangunan bersejarah di Jakarta.
Sempatkan untuk mencoba sepeda ontel antik di pelataran Lapangan Fatahillah. Terdapat sekitar 50-an sepeda ontel yang disewakan. Rata-rata umur sepeda itu sudah tidak muda lagi. Bahkan, ada salah satu sepeda yang dibuat pada tahun 1904. Penyewa sepeda ontel bisa mengelilingi Lapangan Fatahillah, bahkan mengelilingi Kota Tua.
Di Lapangan Fatahillah, terdapat Museum Sejarah Jakarta atau yang juga biasa disebut Museum Fatahillah dan diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974. Terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat.Anda dapat menyaksikan benda yang berhubungan dengan sejarah Jakarta, misalnya koleksi kebudayaan Betawi, numismatika (koleksi mata uang), becak, dan mebel antik dari abad 17-19, prasasti, replika peninggalan Kerajaan Tarumanegara dan Pajajaran, serta hasil penggalian arkeologi di Jakarta. Di halaman dalam, dipasang patung Dewa Hermes yang tadinya terletak di perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis.
Selain Museum Sejarah Jakarta ada beberapa Museum yang menarik seperti Museum Wayang, Museum Seni Rupa, dan Museum Mandiri.
Kawasan ini juga sangat digemari fotografer yang ingin melatari fotonya dengan arsitektur bangunan tempo dulu.
Akses untuk mencapai lokasi ini sangatlah mudah. Ketika Anda sudah sampai di Jakarta, dengan berbagai sarana angkutan umum apapun seperti Trans Jakarta Busway, Kereta Api, Angkot, Bus Metromini, dan Bajaj pun bisa menjadi sarana untuk menuju tempat ini.
Anda dapat menggunakan bus Trans Jakarta dari blok-M (koridor 1), kemudian turun di akhir terminal kota. Dari terminal tersebut lanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawasan Kota Tua. Bisa juga menggunakan mikrolet, yaitu Mikrolet M-12 (Pasar Senen-Kota), Mikrolet M-08 (Tanah Abang-Kota), atau Kopaja 86 (Grogol-Kota).
Beberapa akomodasi yang dapat menjadi pilihan di seputaran Kota Tua yaitu, The Batavia Hotel yang terletak di jalan Kali Besar Barat, Jakarta, atau Alma Hotel yang berada di jalan KS. Tubun.
Sakah satu tempat makan populer adalah Cafe Batavia. Terletak di Taman Fatahillah menyuguhkan nuansa klasik dan iringan musik tempo dulu. Makanan yang tersedia bercita rasa Barat, Asia ,ataupun Indonesia dengan menu andalan adalah Batavia's Meat, Seafood Grill, dan Lobster Thermidor.
Pada hari kerja jalan menuju kota tua sangat padat, sehingga lebih baik memilih hari sabtu atau minggu.
Nah, Bagi Anda yang ingin mengakses internet dan selalu terhubung ke dunia maya untuk sekedar mengabadikan momen-momen selama berwisata di Kota Tua ini, anda bisa menggunakan jaringan 4G Telkomsel. Koneksi LTE milik Telkomsel ini mampu mengcover kebutuhan akses data berkecepatan tinggi yang dibutuhkan oleh wisatawan khususnya pelanggan Telkomsel. Sebagai catatan, bila Anda ingin menikmati layanan 4G di Ibukota ini, anda mesti mengganti Simcard Anda ke kartu khusus 4G. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa klik di sini.
Inilah keindahan kota Tua dalam foto :